[Review] One Little Thing Called Hope - Winna Efendi


Judul buku: One Little Thing Called Hope
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: Gagas Media
Editor: Ayuning & Gita Romadhona
Penyelaras aksara: Widyawati Oktavia
Penata letak: Erina Puspitasari
Desainer sampul: Jeffri Fernando
ISBN: 978-979-780-822-8
Tebal: x + 422 hlm
Cetakan pertama, 2016


AERYN.
Hidup Aeryn seolah nyaris sempurna. Pintar, cantik, populer. Namun, setelah kehilangan ibunya, Aeryn menyadari bahwa kebahagiaan tidak pernah berlangsung terlalu lama. Selalu ada sesuatu yang terjadi. Kehadiran Flo dan Tante Hera membuat segalanya berubah. Bahagia ternyata tak seperti yang ia duga.

FLO.
Bagi Flo, hidup adalah makanan manis, kue, tas perca dan aksesori buatan tangan, kotak-kotak susu aneka warna, serta Genta dan Theo–dua cowok paling berarti baginya. Bahagianya hampir terasa lengkap ketika ia memiliki Aeryn sebagai kakak perempuan yang ia idamkan. Namun, bahagia ternyata tak seperti yang ia duga.

Ini kisah persahabatan yang tak terdua di antara orang-orang yang dipertemukan secara tak sengaja, keteguhan hati untuk bertahan pada pilihan meski sulit. Juga tentang cinta dan harapan harus dibagi dan direlakan pergi.



Setelah Mama Aeryn meninggal, ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan Tante Hera. Dari sana kehidupan Aeryn yang biasa saja mulai dipenuhi dengan hal-hal yang membuatnya tak nyaman. Tante Hera yang sering memasak empat sehat lima sempurna sangat berbeda dengan ibunya yang dulu, yang hanya memasak seadanya namun tetap istimewa. Atau Flo yang aneh. Sering membuat kue sendiri dari pada membeli kue yang sudah jadi dari toko. Juga perubahan-perubahan yang dilakukan ayahnya pada rumahnya. Seperti ruang kerja Mamanya yang diubah menjadi kamar Flo, atau pelebaran dapur demi acara masak-memasak Tante Hera dan Flo.

Dari sana juga Aeryn bertemu dengan Genta dan Theo, sahabat Flo dari sekolahnya yang dulu. Namun, ketika sesuatu hal yang tak terduga terjadi, hubungan diantara keempatnya sempat goyah.

Terkadang, justru orang-orang tak terdugalah yang selalu ada di sampingmu dalam setiap keadaan.
“Sekarang mungkin semuanya terasa mustahil dan sulit. Tapi, seiring dengan waktu, mungkin lo akan melihat segala sesuatunya dengan lebih jelas. Selangkah demi selangkah, sampai lo tahu apa yang harus lo lakuin.”

Ketika pertama membuka lembaran pertama buku ini saya sudah disuguhkan prolog yang... saya gak bisa ngomong. Dari sana saya langsung bertanya-tanya, siapa, apa, kenapa? Pokoknya pertanyaan-pertanyaan dasar seperti itu terus muncul di kepala saya.

Sekian kali membaca buku karangan penulis, meskipun tema yang diangkat pada setiap buku hampir sama, tentang kehilangan dan menemukan, tapi ini berbeda rasa. Sedikit sensitif, namun faktanya banyak di luar sana yang terjadi demikian. Jangankan di luar sana, di tempat-tempat yang jauh, banyak orang-orang di dekat saya pun melakukan hal yang demikian. Pertanyaannya, untuk apa mereka melakukan hal seperti itu? Hanya untuk kepuasan nafsu sesaat! Oke, saya jadi terbawa emosi.

Apa yang dilakukan Flo adalah hal yang sangat fatal, sehingga ia harus kehilangan sesuatu yang berharga di masa remajanya. Saya tidak menyalahkan Flo, tapi di sini dia digambarkan sebagai sosok remaja yang polosnya minta ampun, jika diganggu tidak pernah melawan, penyuka pink, suka merajut, suka membuat kue, dan hal-hal lain yang tampak begitu polos sehingga tampaknya ia sangat mudah untuk diperalat 😶. Tapi yang saya suka dari Flo adalah karakternya yang ceria. Setiap hal yang dilakukannya selalu diimbangi dengan pemikiran yang positif–meskipun hal tersebut lebih menjurus ke sisi negatif. Apapun yang dia ucapkan demi menghibur seseorang selalu membuat saya ikut tersenyum.

Aeryn digambarkan sebagai sosok populer di sekolahnya. Namun setelah kehilangan Mamanya ia menjadi lebih tertutup. Ketika Tante Hera dan Flo hadir, Aeryn sangat tidak menyukai kedua orang tersebut. Terlihat keras dari luar, tapi sebenarnya Aeryn adalah sosok yang penuh kasih sayang. Hanya saja Aeryn terlanjut menutup matanya untuk melihat hal-hal kecil yang terjadi pada keluarganya. Aeryn adalah sosok kakak yang ideal menuru saya, walaupun usianya dan Flo hanya terpaut dua bulan. Tapi karena di sini sosok  Flo polos dan kekanakan, jadi karakter Aeryn yang keras dan tegas sangat cocok menjadi sosok kakak di sini.

Saya suka Theo. Si genius yang jarang belajar, rambutnya yang selalu acak-acakan, penyuka Sherlock, suka baca, jago ngeremix, waaa~~ gak kuat :v (hampir semua karakter seperti ini yang saya suka 😁). Kisah romansanya menjadi bagian favorit saya di sini walaupun tidak terlalu banyak. Juga bagaimana ia memperlakukan Flo, sahabatnya membuat saya iri. Saya ingin sahabat yang memperlakukan saya seprti itu. Satu saja cukup.

Saya tidak mau membahas banyak-banyak tentang Genta. Intinya saya tidak suka dengan sosok Genta. Saya lebih menyukai Stefan, tapi tetap Theo nomor satu. :v

Seperti kebanyakan buku penulis yang lalu-lalu, meskipun tema yang diangkat kali ini sedikit sensitif tetapi penulis berhasil menuliskannya dengan begitu sederhana. Ceritanya yang mengalir membuat saya susah untuk berhenti baca. Di setiap adegan selalu terselip hal-hal kecil yang berharga dan tak terduga. Simple tapi ngena! Itu yang saya rasakan ketika membaca buku-buku dari Kak Winna. Pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat kita cerna dengan mudah.

Buku ini bukan hanya mengisahkan romansa antar remaja saja. Kisah kekeluargaannya lebih kental di sini, juga kisah persahabatannya. Semuanya komplit. Penulis bisa menyatukannya dengan apik, dengan begitu sederhana, namun tetap berkesan!

Collect moments, not things.
Lost things can ofter be found,
but lost moments will never be rediscovered.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Fabella Story © 2016 | Blog Design by Ipietoon